PALANGKA RAYA — Usia Kalimantan Tengah kini menginjak 68 tahun. Bukan waktu yang singkat bagi sebuah provinsi yang tumbuh dengan sejarah panjang, kekayaan budaya, dan semangat pantang menyerah warganya.
Di balik capaian pembangunan fisik dan penguatan tata kelola pemerintahan, ada satu harapan sederhana yang datang dari masyarakat: menjadikan Mars Isen Mulang sebagai lagu daerah resmi yang diakui melalui payung hukum Peraturan Daerah (Perda).
Harapan ini disuarakan oleh Rizky Amalia di momen ulang tahun ke-68 Kalteng. Baginya, Mars Isen Mulang bukan sekadar lagu, melainkan napas semangat warga Kalteng yang diikat satu kata: pantang mundur.
> “Isen Mulang bukan sekadar nada dan lirik. Ia adalah jiwa orang Kalteng dalam menghadapi tantangan, menjaga persatuan, dan membangun daerah secara bergotong royong,” tuturnya.
Sayangnya, hingga kini lagu kebanggaan ini belum memiliki payung hukum yang kuat. Padahal, di banyak daerah lain di Indonesia, lagu daerah sudah menjadi bagian wajib dari prosesi upacara resmi setelah Indonesia Raya berkumandang.
Lewat permohonan terbuka ini, Rizky mendorong pemerintah provinsi, DPRD, hingga instansi terkait untuk meresmikan Mars Isen Mulang melalui Perda. Ia meyakini, penetapan ini bukan sekadar formalitas, tetapi langkah nyata untuk:
Merawat budaya lokal dengan dasar hukum yang jelas, Memupuk rasa bangga di kalangan generasi muda, Menjadi perekat antarwarga lintas suku, agama, dan latar sosial,Menguatkan identitas Kalteng dalam bingkai NKRI. Kalimantan Tengah sendiri dikenal sebagai rumah bersama bagi banyak etnis, mulai dari Dayak, Banjar, Jawa, Bugis, hingga etnis pendatang lainnya. Mars Isen Mulang diyakini bisa jadi jembatan pengikat di tengah keberagaman itu.
“Sebagai warga biasa, saya hanya berharap usulan ini bisa diterima oleh para pengambil kebijakan. Karena menjaga lagu ini sama artinya menjaga jiwa Kalteng itu sendiri,” pungkasnya.
