Jakarta – CEO Nvidia, Jensen Huang, menyampaikan pandangan penting soal masa depan pekerjaan di era kecerdasan buatan (AI). Di satu sisi, AI dipandang mampu mendorong produktivitas secara besar-besaran, namun di sisi lain juga menyimpan potensi risiko terhadap keberlangsungan lapangan kerja.
“Kalau dunia kehabisan ide, maka produktivitas yang meningkat lewat AI justru bisa jadi bumerang: pekerjaan malah hilang,” ujar Huang, seperti dikutip dari CNN, Senin (14/7/2025).
Pandangan ini senada dengan peringatan dari Dario Amodei, CEO Anthropic, yang menyebut AI bisa menghapus setengah dari pekerjaan kerah putih tingkat pemula dalam waktu dekat. Ia bahkan memperkirakan angka pengangguran bisa melonjak hingga 20% dalam lima tahun ke depan.
Menurut Huang, kuncinya ada pada inovasi. Selama masyarakat dan industri mampu terus melahirkan ide-ide baru, AI justru bisa memperluas peluang kerja, bukan memangkasnya. “Apakah kita masih punya ide-ide segar sebagai masyarakat? Kalau ya, maka produktivitas yang lebih tinggi berarti kita bisa tumbuh,” jelasnya.
Namun kekhawatiran tetap ada. Survei Forum Ekonomi Dunia awal tahun ini mengungkap bahwa 41% perusahaan berencana mengurangi jumlah tenaga kerja pada 2030 akibat otomatisasi. Hal serupa juga tercermin dalam survei Adecco Group tahun lalu, di mana 4 dari 10 CEO percaya AI akan mengurangi jumlah pekerja dalam lima tahun mendatang.
Sebagai pemimpin pasar cip AI, Nvidia berada di garis depan revolusi teknologi ini. Cip buatan perusahaan yang berbasis di Santa Clara itu menjadi tulang punggung pusat data dari raksasa teknologi seperti Microsoft, Amazon, dan Google.
Meskipun begitu, Huang tetap optimistis. Menurutnya, AI membuka ruang bagi lebih banyak orang untuk ikut serta dalam dunia teknologi dan inovasi. “AI adalah penyetara teknologi terbesar yang pernah ada. Ia mengangkat orang-orang yang tadinya tak tersentuh oleh teknologi,” ujarnya.
Perubahan lanskap kerja pun mulai terlihat. Hasil survei Duke University tahun 2024 menunjukkan bahwa lebih dari separuh perusahaan besar di AS mulai mengotomatiskan tugas administratif, seperti pengelolaan pembayaran dan pembuatan faktur. Bahkan AI kini juga digunakan untuk pekerjaan kreatif, seperti menyusun lowongan kerja dan materi kampanye pemasaran.
Huang menekankan, masa depan pekerjaan akan sangat tergantung pada bagaimana masyarakat memilih untuk menggunakan AI. Apakah sekadar untuk efisiensi, atau justru sebagai alat untuk membangun dunia yang lebih inovatif.