Palangka Raya – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah H. Noor Fahmi menjadi khatib shalat Idul Fitri di Bundaran Besar Kalimantan Tengah, Rabu (10/4/24) pagi.
Dalam khutbahnya, H Noor Fahmi menyampaikan bahwa, Bulan Ramadhan yang bertuah penuh Rahmat dan maghfirah, bulan ujian dan pembinaan, bulan pendidikan ke arah kebenaran, ketabahan, kerendahan hati untuk tidak berlaku sombong dan pongah, kekhusyu‟an untuk selalu mengabdi kepada Allah, ketaqwaan untuk tidak melakukan kemaaksiatan apa pun, keihlasan dalam setiap tindakan, kebaktian dalam setiap kebenaran dan kemaslahatan, dan rasa solidaritas terhadap sesama.
“Mudah-mudahan dengan selesainya pelaksanaan ibadah shiyam, hilang serta hapus lah dosa-dosa dan kesalahan kita, tersingkir lah sifat-sifat tamak dan loba kita, lenyap lah dari hati kita sifat yang buruk, serta jauh lah kita dari rayuan syaithoniyyah, kemungkaran, kemaksiyatan, dan segala kekejian lainnya. Sehingga, tumbuhlah kelembutan hati dan kejernihan pikir menuju ridlo Allah semata,” ucapnya.
Dikatakannya. memasuki hari Idul Fitri, hari yang penuh kebahagiaan, kebahagiaan untuk kita dan untuk semua umat Islam yang telah memenuhi ibadah shiyam-nya pada bulan Ramadhan. Namun suasana hari Idul Fitri yang penuh kebahagiaan ini jangan sampai memperdayakan kita untuk mengikuti keinginan-keinginan syahwat kita dengan berlomba-lomba membeli dan memakai pakaian atau pun barang lainnya yang indah-indah, yang kesemuanya itu seringkali di luar kemampuan kita.
“Bukan lah hari raya itu untuk orang yang memakai pakaian/barang yang baru, tetapi hari raya itu adalah untuk orang yang ketaatannya kepada Allah dan Rasulnya bertambah dan semakin jauh dari kemaksiyatan,” tuturnya.
Idul fitri Kata Kakanwil, seharusnya menjadi perjalanan transendental bagi kita sebagai gairah semangat umat islam dalam menjalani kehidupannya, Karena makna Idul Fitri itu sendiri adalah berarti kembali ke fitri, yaitu suci. Nabi pun menganalogikannya seperti bayi yang terlahir kembali dari rahim ibunya. Karenanya Idul Fitri bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, tapi justru sebagai tolak ukur awal menuju perjalanan selanjutnya
“Jika selama Ramadhan kita ditempa, dididik, dilatih, serta dibimbing menjadi pribadi yang mulia, untuk menjadi manusia paripurna, insan kamil, maka kemudian Idul Fitri adalah kompensasi agar kita rehat sejenak dan bersiap kembali meneruskan perjalanan untuk menjalani kehidupan yang sederhana dan memandang kehidupan dengan lebih bijaksana,” terangnya.
Ia menjelaskan, Hikmah Idul Fitri adalah menghilangkan rasa iri hati, merendahkan yang lain, memfitnah di antara satu dengan yang lain, kesemuanya itu hanyalah semata menuju perpecahan dan kehancuran. Marilah kita bersatu padu dan saling menghormati dalam menegakkan agama Allah menuju reformasi hidup yang seimbang dan kehidupan yang hakiki.
“Berpegang teguhlah kamu semua dengan tali agam Allah, dan janganlah bercerai berai,” sebutnya.
Kakanwil mengajak jamaah salat id untuk menjadikan Idul Fitri sebagai momentum untuk meningkatkan Iman dan Taqwa, Merawat Kebhinekaan untuk Mewujudkan Kalteng Berakhlak yang Penuh dengan Keberkahan.
“Marilah kita Bersama-sama memohon kepada Allah semoga seluruh amal ibadah kita, puasa kita, sholat kita, itikaf kita dan amalan lainnya di bulan ramadhan dan bulan-bulan sebelumnya diterima disisi Allah SWT dan semoga dosa-dosa kita, baik disengaja ataupun tidak disengaja juga diampuni Allah SWT, serta semoga kita bersama-sama masyarakat, bangsa, dan negara diberi aman, damai dan sentosa dengan mendapat ridha Allah SWT,” tutupnya.(primed)