Gaza – Dinas Penjara Israel baru-baru ini merilis foto-foto tahanan Palestina yang dibebaskan dengan mengenakan kemeja bertuliskan “Kami tidak melupakan, dan kami tidak memaafkan.” Foto-foto ini mendapat perhatian luas, dan Profesor Mohamad Elmasry dari Institut Studi Pascasarjana Doha mengkritik tindakan ini sebagai bentuk merendahkan martabat warga Palestina.
Elmasry menjelaskan bahwa 333 warga Palestina yang dibebaskan tersebut ditangkap tanpa dakwaan, bahkan menurut pengakuan Israel sendiri, mereka tidak melakukan kejahatan. Sebagian besar dari mereka masih ditahan di bawah penahanan administratif tanpa proses hukum yang jelas.
Al Jazeera melaporkan bahwa banyak dari tahanan yang dibebaskan dalam kondisi fisik yang sangat buruk, dengan beberapa di antaranya dibawa ke rumah sakit. Mereka mengungkapkan bahwa mereka kekurangan gizi, tidak mendapatkan produk kebersihan selama berbulan-bulan, dan hanya diizinkan mandi setiap 10 hari sekali. Selama masa penahanan, mereka juga mengalami penyiksaan fisik, ancaman, dan pembatasan dalam berbicara kepada media.
Sultan Barakat, seorang profesor studi konflik, menyatakan bahwa perundingan untuk tahap kedua perjanjian gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas kemungkinan dimulai setelah penyelesaian pertukaran tawanan. Namun, perkembangan politik terkini, termasuk kunjungan Netanyahu ke Washington dan proposal dari Trump, menghambat proses tersebut.
Para tahanan yang dibebaskan ini berbicara terbuka tentang pengalaman buruk mereka di dalam penjara, meskipun mereka diancam untuk tidak merayakan pembebasan mereka atau berbicara kepada media.